Langgur Mediasaiber. Langgur Mediasaiber. Penjabat Bupati Maluku Tenggara, Drs. Jasmono menghadiri sekaligus menyampaikan sambutan pada kegiatan, Baku Dapa Anak dan Remaja GPM Klasis Kei Kecil dan Kota Tual. Kegiatan terselenggara di” di Ohoi Dian Jumat 12/4/24.
Jasmono dalam sambutan mengatakan, Gereja merupakan lembaga atau institusi yang menjadi tanggung jawab moral guna membangun iman Kristiani dan di tuntut untuk lebih aktif membentuk karakter religius. merupakan suatu kehormatan ketika menghadiri kegiatan ini, mengingat generasi GPM adalah generasi penerus cita-cita bumi yang berjuluk “Lar Vul Nga Bal” kedepanya.
Menurutnya, Generasi GPM senantiasa di tuntut proaktif guna membentuk karakteristik religius yang sejatinya di mulai sejak dini hingga remaja.“Ya, harus di sadari jika GPM merupakan institusi yang konsisten terhadap pembentukan karakter religius sejak kecil hingga beranjak dewasa” ucap Jasmono.
Jasmono dalam kesempatan itu, menyambut baik serta mengapresiasi kegiatan “Baku Dapa Anak dan Remaja”:yang di gagas Klasisi GPM Kei Kecil dan Kota Tual ini.Kegiatan ini menjadi ivent “temu, kreatif, reaksi edukatif sehingga dapat belajar membangun kebersamaan tim yang di titik beratkan pada pembinaan spiritual, inteltual dan emosional, dan solidaritas, cetus Jasmono.Selain itu, dengan adanya pelaksanaan kegiatan ini, anak-anak dan Remaja semakin menemukan jati diri yang sesungguhnya sebagai insan yang berharga di mata Tuhan.
Menurutnya, sasaran pelaksana ini adalah guna membimbing serta mengembangkan karakter Kristiani, integritas serta kecerdasan, menjadi manusia yang unggul untuk menghadapi perubahan zaman.Jasmono berharap hendaknya kegiatan ini dapat di implementasikan melalui kegiatan yang mengakar dan langsung bersentuhan dengan kebutuhan anak dan remaja.
Salah satunya adalah membentuk karakter Kristiani adalah bagian yang tepat di mana saat ini berbagai permasalahan yang terjadi akibat adanya dekradasi moral kaum muda di tanah Kei, tegas Jasmono.Terjadinya dekradasi moral yang kerap terjadi pada akhir-akhir ini di sebabkan karena sikap saling mencurigai, ugal-ugalan serta sekap negatif yang muncul dari kaum muda akibat minimnya iman dalam diri.
Pelaksanaan ibadah cenderung hanya merupakan rutinas semata, namun tidak memahami makna dari nilai dari ibdah itu sendiri, serta adanya pendekatan yang keliru, sehingga adanya kegiatan ini di harapkan dapat membentuk karakter anak muda Kristiani yang mampuni, tutup Jasmono.(**)